Menikmati Sejuknya Udara di Taman Kota 2 BSD – Tangerang Selatan

Taman Kota 2 Bumi Serpong Damai (BSD) City berlokasi di kawasan Taman Tekno, sebuah pusat pergudangan berskala besar yang berada dekat dengan Taman Makan Pahlawan Seribu Serpong menuju arah selatan ke daerah Muncul, Kecamatan Setu, Kota Tangerang Selatan (Tangsel). Tepatnya, Hutan Kota 2 — yang dulu dinamakan Taman Kota 2 ini — kalau dari arah BSD menuju Muncul (lokasi Kampus Institut Teknologi Indonesia atau ITI), diapit antara Jalan Raya Victor (menuju Parung, Pamulang, dan Muncul), dengan kawasan pergudangan Taman Tekno.

taman kota 2

Luas areal Hutan Kota 2 ini sekitar 7,5 hektar. BSD City selaku pengelolanya menetapkan, salah satu fungsi Hutan Kota 2 ini adalah juga sebagai Ruang Terbuka Hijau (RTH). Selain tentu saja menjadi lokasi wisata dan olahraga yang nyaman, sejuk, murah, juga meriah. Sebenarnya ada juga Hutan Kota 1 di BSD, tepatnya dekat sekolah Al Azhar BSD, dan pusat belanja BSD Junction. Meski sama-sama rimbun dan asri dengan begitu banyak pepohonan, tapi luas areal Hutan Kota 1, hanya sepertiga dari Hutan Kota 2 yang menjadi obyek tulisan ini.

Pengunjung yang menyengaja datang untuk menikmati sejuknya area Hutan Kota 2 tidak dipungut biaya, gratis! Memasuki pintu gerbang Hutan Kota 2 melalui kawasan pergudangan Taman Tekno, kita akan langsung dihadapkan dengan lapangan rumput menghijau yang biasa dibuat arena bermain sepakbola. Tak perlu bingung memarkir kendaraan, karena lahannya terbilang luas, lengkap dengan sejumlah kios penjaja makanan-minuman yang sudah siap melayani konsumen sejak pagi hingga sore hari.

Hutan Kota 2 ini memang dibuka untuk umum sedari jam 06.00 pagi sampai 18.00 sore. Aturan jam buka ini terpampang jelas di papan besi, sesaat sebelum kita melangkahkan kaki memasuki area Hutan Kota 2, yaitu dengan terlebih dahulu melintasi jembatan besi yang menggantung di atas sungai yang konon bermuara ke Sungai Cisadane. Lebar sungai ini terbilang cukup luas, meski airnya sama sekali tidak bening alias coklat, tapi sisi kiri dan kanan sungai amat sangat bersih dan tertata rapi.

 

Selain aturan jam buka Hutan Kota 2, pengelola juga mengatur sejumlah tata-tertib lainnya, seperti mewajibkan izin tertulis dari pengelola apabila pengunjung melakukan kegiatan promosi, foto pre-weddingshooting film, dan event hingar-bingar sebagainya. Pengunjung juga dilarang membawa senjata tajam, memberi tip, menitipkan uang kepada petugas atau yang mengaku petugas, dilarang melakukan perbuatan asusila, dan hal-hal lain yang bisa mengganggu ketertiban umum serta kenyamanan orang lain.

Pihak pengelola juga menegaskan larangan bagi pengunjung untuk melakukan aksi corat-coret, dan membawa hewan peliharaan maupun kendaraan bermotor, serta membuang sampah pada tempat yang telah disediakan di area Hutan Kota 2. Adapun bila terjadi kehilangan barang-barang milik pengunjung, maka pengelola menegaskan tidak akan turut bertanggung-jawab, sekaligus agar pengunjung segera menelepon pengelola melalui nomor telepon (021) 53152688 dan (021) 7566911, apabila terdapat atau terjadi hal-hal yang mengganggu kenyamanan dan ketertiban sesama pengunjung.

Saat melintasi jembatan besi gantung, di kiri kanan nampak pemandangan sungai yang bermuara ke Sungai Cisadane dengan bantaran yang bersih dan rapi menyambut setiap langkah kaki, sekaligus ‘memanjakan’ pandangan mata pengunjung. Ditingkahi bunyi gemericik air sungai yang melintasi bebatuan, serta kawanan daun-daun pinus yang berbaris rapi, seakan memberi ucapan Selamat Datang kepada siapa saja yang memasuki area Hutan Kota 2.

Di ujung seberang jembatan, kita akan langsung menemui jalan ‘panggung’ yang bercabang, keduanya menuju area terbuka berbentuk bundar, yang biasa dijadikan sebagai tempat pelaksanaan berbagai acara seremonial, senam massal, main skateboard, dan olahraga lainnya. Di sekeliling area terbuka ini terdapat 13 batu prasasti terkait aksi penanaman pohon, termasuk prasasti peningkatan kapasitas Taman Kota 2 menjadi Hutan Kota 2 ini yang ditandatangani oleh Walikota Tangsel Airin Rachmi Diany, tertanggal 3 Juli 2011. Sayangnya, prasasti-prasasti itu terkesan diletakkan begitu saja di atas tanah, sehingga tanah merah mengotori permukaan prasasti berbatu marmer hitam, dengan pahatan tulisan yang berwarna kuning keemasan. Belum lagi, rerumputan yang hampir menutupi beberapa prasasti tersebut.

Share

Comments

comments