Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah di Ciputat, Tangerang Selatan, Banten kecolongan dengan adanya gerakan kelompok Islamic State Of Iraq and Syiria (ISIS) yang melakukan deklarasi menggunakan fasilitas kampus tersebut. Kelompok yang mengatasnamakan Forum Aktifis Syariat Islam (FAKSI) melakukan pembaiatan kepada ISIS di Gedung Syahidda Inn (6 Juli 2014) dan Masjid fathullah (8 Februari 2014).
Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan UIN Syarif Hidayatullah, Sudarnoto Abdul Hakim membenarkan bahwa pernah ada sekelompok orang menggunakan gedung Syahida Inn untuk mendeklarasikan dukungan terhadap ISIS. Gedung Syahida Inn merupakan gedung seperti hotel pada umumnya yang digunakan untuk umum melalui mekanisme penyewaan.
Selama ini gedung tersebut biasa digunakan untuk berbagai acara yang dilakukan masyarakat umum seperti pesta pernikahan maupun pesta lainnya. Pada tanggal 6 Juli 2014, sekelompok orang menyewa sebuah ruangan di gedung tersebut yang ternyata digunakan untuk mendeklarasikan dukungan terhadap ISIS sekaligus pembaitan para pendukung untuk bersumpah setia kepada Al-Baghdadi, yang kini menjadi pimpinan ISIS. Kelompok yang melakukan baiat tersebut mengatasnamakan Forum Aktifis Syariat Islam (FAKSI) yang anggotanya berasal dari berbagai daerah.
“Tapi dengan disebarkannya secara meluas video youtube deklarasi tersebut, kelompok yang tidak berhati dan berakal sehat ini telah sengaja membangun image negatif terhadap UIN sebagai Perguruan Tinggi Islam Negeri yang berkualitas dan bermartabat sekaligus memecah belah umat,” ungkap Sudarnoto di kampus UIN Syarif Hidayatullah,Kamis (7/8).
Tak hanya membuat acara baiat ke ISIS, kelompok tersebut juga membagi-bagikan selebaran berisikan informasi lowongan budak sex pemuas birahi mujahidin agar mujahiddin bersemangat memerangi kafir.
“Dalam pamflet ini disebutkan agar ‘ukhti’ yang mau melamar pemuas sex sekelompok jihadis bisa menghubungi sekretariat ISIS Indonesia yaitu Masjid Fathullah UIN Jakarta,” tutur Sudarnoto.
Pamflet tersebut dikatakan Sudarnoto menggambarkan niat busuk dan jahat kelompok jihadis. Bukan hanya itu, selebaran tersebut menggambarkan rendahnya moral dan martabat kelompok jihadis karena telah merendahkan martabat perempuan, merendahkan fungsi masjid, dan menghina umat Islam dan ajaran Islam. Selain itu, sikap mereka pun bisa memecah dan membenturkan umat.
Isnawati, seorang pengurus Massjid Fathullah UIN Syarif Hidayatullah mengaku bahwa pihaknya baru mengetahui simbol-simbol ISIS setelah isu tersebut mencuat.
Sekelompok orang berbaju hitam-hitam dikatakan Isnawati beberapakali mengakan kajian-kajian pada malam hari di masjid tersebut. Pada suatu malam kelompok tersebut memasang spanduk dan melakukan foto-foto. Kejadian itu pada 8 Februari 2014 tengah malam.
“Kita menyangka mereka hanya melakukan kajian biasa. Ternyata ada yang melakukan kajian dan ada yang doktrin,” ungkapnya.
Menurut Isnawati, apa yang dikerjakan kelompok tersebut, baik yang berada di dalam maupun di luar masjid, tak terpantau oleh pengurus masjid. Deteksi terhadap kegiatan kelompok seperti itu cukup sulit dilakukan pengurus masjid.
“Karena masjid biasa digunakan untuk diskusi mahasiswa UIN. Memang kesulitan kami untuk mendekteksi ketika mereka harus melaksananakan solat karena kegiatan masjid ini banyak tidak mungkin mengawasi 24 jam,” ungkap Ketua Pengurus Masjid Ahmad Yani.
Menyikapi berbagai fenomena tersebut, Sudarnoto kembali menegaskan bahwa gerakan ISIS yang kini mulai berkembang di Indonesia merupakan gerakan yang bertentangan dengan prinsip ajaran agama, prisip kemanusiaan, dan falsafah bangsa.
Sehingga masyarakat khususnya pelajar, mahasiswa, dan generasi muda tidak terpengaruh,terprovokasi, apalagi mengikuti ajakan kelompok jihadis tersebut yang mengusng cita-cita politis yang bertentangan dengan ideologi bangsa.
“Pemerintah jangan hanya sekedar mencermati fenomena kemunculan ISIS di Indonesia saja, tetapi harus melakukan langkah penting agar ISIS tidak berkembang di Indonesia,” ungkap Sudarnoto. (tbn/kt)
Sumber : Kabartangsel.com